Human in Economics and The Dogma of Materialism (Manusia dalam Ekonomi dan Dogma Materialisme)
on
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Manusia
dapat menemukan makna eksistensinya dengan melakukan berbagai macam aktivitas
yang mendukung kehidupannya. Keterlibatan manusia dengan lingkungan sekitarnya
hingga pada titik tertentu menjadi pelaku utama suatu kejadian di lingkungan
sekitar. Ekonomi adalah salah satu kegiatan yang terjadi dan menjadi dasar
kehidupan yang sudah tidak dapat kita hindari lagi, pembentukan ekonomi dalam
skala mikro dan makro tidak terlepas dari faktor-faktor produksi yang saling
berkaitan hingga pada titik tertentu dapat membentuk komoditi yang memberikan
hasil berupa nilai lebih bagi entitas.
Pencarian
makna di dalam ekonomi terkadang menghasilkan suatu dogma yang keliru sehingga
manusia tidak dapat memaksimalkan perannya sebagai pelaku ekonomi. Namun,
cenderung menjadi objek eksploitasi ekonomi hingga menjadi pelaku yang
melakukan konsumsi berlebih. Apabila kita ingin menemukan makna dari ekonomi,
maka kita harus mengkaji secara umum materialisme. Perekonomian identik dengan
pandangan materialis yang melihat hanya pada sesuatu yang bersifat rill dan
dapat dibuktikan dengan data serta pancaindra manusia.
Fordisme-Konsumerisme
situasi yang melahirkannya memiliki dua aspek: pertama, keperluan untuk
merekonstruksi Eropa pasca-perang dan, kedua, banyaknya jumlah pabrik di AS
yang dibangun untuk produksi persenjataan selama perang (Martin Suryajaya,
2018).
Dengan
memperhatikan kondisi-kondisi yang memicu adanya perubahan keadaan ekonomi
secara global hingga pada titik tertentu kemajuan tekonologi yang mendukung
kemajuan ekonomi juga memberikan pengaruh pada pemaknaan manusia di dalam
ekonomia itu sendiri, perlu diperhatikan adanya materialisme tersebut memicu
fordisme-konsumerisme manusia hingga membuat pemaknaan tidak terbentuk secara
baik. Pemaknaan ekonomi harus memikirkan faktor-faktor esensial kehidupan yang
dapat memperbaiki kehidupan manusia dan bukan untuk menjebak manusia ke dalam
distrosi makna ekonomi. Distorsi yang terjadi menempatkan manusia pada posisi
yang tidak semestinya terjadi, pelaku ekonomi harus mampu menciptakan keadaan
ekonomi yang mendukung pemenuhan kebutuhan manusia secara fundamental dan bukan
berpatokan kepada materialisme semata agar memaksakan manusia untuk menerima
semua komoditi yang tidak diperlukannya.
Permintaan
akan komoditas secara massif tidak menjadi ukuran akan kemakmuran masyarakat.
Tingkat kemakmuran dari masyarakat dapat diukur melalui keterbukaan pemikiran
manusia untuk berperan secara utuh dalam perekonomian, dogma materialisme tidak
sepenuhnya dapat digunakan untuk mengukur keberlangsungan ekonomi sehingga
analisis yang dilakukan secara materialis akan menemukan kecacatan apabila
tidak mempertimbangkan faktor pemaknaan yang keliru dalam masyarakat. Materialisme
menjadi penting ketika manusia sudah mempertimbangan faktor non-material dari
ekonomi dan peranan manusia di dalamnya.
Materialisme
akan menemukan kecacatannya dalam berbagai upaya entitas untuk memaksakan
komoditi yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, sehingga akan menimbulkan
kelebihan komoditi untuk diedarkan. Pemenuhan kebutuhan sudah sesuai dengan
prinsip pembentukan masyarakat apabila kita tidak menjadi objek eksploitasi
dari sistem ekonomi. Selama kita masih menjadi objek eksploitasi ekonomi, maka
kita akan terus terjebak dalam konsumerisme agar akumulasi dari modal yang
dikeluarkan oleh entitas ekonomi dapat memberikan manfaat sepihak dan tidak
memperhitungkan manfaat yang diterima oleh masyarakat secara luas. Dengan
demikian kita perlu mengkaji ulang dogma materialisme yang begitu erat dengan
ekonomi sehingga manusia sulit untuk menemukan makna kehadirannya sebagai
bagian dari masyarakat yang ikut serta mendorong kemajuan ekonomi.
Comments
Post a Comment